Pendidikan

Evaluasi Pendidikan

    Tanggal 2 Mei adalah Hari Pendidikan Nasional atau Hardiknas. Setiap tahun diperingati. Dan tahun inipun, acara seremonial ini juga tetap dilaksanakan. Dirgahayu Pendidikan Nasional.
    Setiap Menteri Pendidikan menetapkan program pendidikan, dari wajib belajar 6 tahun, wajib belajar 9 tahun, pendidikan dasar gratis, dan lain-lain.
   Setiap pergantian Menteri Pendidikanpun akan menyebabkan pergantian kurikulum. Dari kurikulum 1975, kemudian kurikulum 1984, kemudian kurikulum 1996, Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK, kata teman saya KBK=Kurikulum Berbasis Kebingungan), dan terakhir Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP yang juga dipelesetkan menjadi Kurikulum Tanpa Syarat Pendidikan, karena lebih menonjolkan pengajaran ke arah IQ dan mengesampingkan EQ dan SQ yang identik dengan nilai nilai moral).
    Mari kita tengok ke belakang, pada era 1980 - awal 2000-an ada pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP), namun kini yang ada Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) yang kemudian menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN). Di sisi yang lain, Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) juga ditinggalkan. Dampaknya, moral anak-anak bangsa kita sedikit demi sedikit bergeser. Moral bangsa Indonesia yang identik dengan nilai-nilai luhur Pancasila sudah ditinggalkan, dan berganti moral hewan atau binatang, di mana dengan dalih hak azasi manusia, para liberisme memfatwakan kebebasan yang berlebihan. Kebebasan berekspresi, kebebasan berkreasi, kebebasan berbusana, kebebasan bergaul, kebebasan tanpa peraturan dan kaidah atau norma / nilai-nilai luhur dan agama. Bangsa kita tidak lagi menghargai jasa-jasa para pahlawan, padahal katanya " bangsa yang besar adalah bangsa yang bisa menghargai jasa para pahlawan. " Dahulu, setiap tanggal 10 November jam 08.00 WIB. semua aktifitas di bangsa ini dihentikan selama satu menit untuk mengheningkan cipta guna mengenang jasa para pahlawan. Dahulu, di mana-mana, pada saat bendera merah putih dikibarkan, tidak ada kendaraan yang berlalu lalang, sebagai tanda penghargaan terhadap bendera bangsa ini. Kemudian, di setiap kantor / instansi pemerintah, setiap hari Senin ada pengibaran bendera merah putih, sekarangpun juga tak ada. Yang ada hanya hormat sama atasan. Namun, kini tak ada lagi himbauan untuk itu. Lantas kalau sudah begini, apakah kita masih menghargai jasa para pahlawan ? Apakah kita adalah bangsa yang besar? Jangankan untuk meniru nilai-nilai luhur yang dijunjung para pahlawan, untuk mengenang jasa merekapun tak ada lagi waktu kita.
    Kembali ke masalah pendidikan, pernahkah kita berpikir betapa dahsyatnya "bom" peradaban yang diberikan bangsa barat ke bangsa kita? Lihatlah, pola pikir bangsa Indonesia, mulai berubah. Korupsi, egoisme, pertengkaran, perkelahian, pertikaian, pembunuhan, pergaulan bebas, konsumsi narkoba terjadi di mana-mana. Bagi pegiat HAM, ini adalah pekerjaan yang sukses, karena mereka telah mampu mengubah dogma bangsa ini yang menganut paham moralitas dan agama dapat mereka bawa ke arah yang semu dan penuh resiko kehidupan. Namun, bagi yang masih beragama kuat dan mempunyai tata nilai moral yang baik, ini adalah musibah dan bencana besar. Pantas Tuhan murka, karena kita selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa.
    Bayangkan saja, seseorang yang menikahi gadis di bawah umur dinilai kejahatan seksual dan pelanggaran hak-hak anak. Tetapi, bagaimana dengan mereka yang sudak terjebak dan hanyut dalam perselingkuhan. Mereka tidak melanggar peraturan. Padahal yang mereka lakukan adalah hal yang memalukan dan perlu diberantas. Apakah anda rela jika istri anda ditiduri oleh seorang pria selingkuhannya atau suami anda tidur dengan pelacur? Kalau anda rela, berarti bersiaplah untuk menghadapi kehancuran hidup anda, karena anda sudah menanam suatu nilai yang tidak sesuai dengan norma manapun.
    Ya, bangsa ini baru mendapatkan pengajaran, tetapi belum memperoleh pendidikan. Akibatnya, bangsa ini baru sebatas mengetahui kebenaran, belum mampu berbuat kebenaran. 
     Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan? 
    Sebagai insan yang beragama, mari kita kembalikan nilai-nilai agama ke dalam kehidupan kita. Jangan memutarbalikkan agama karena hanya ingin mendapatkan sesuap makan. Hal itu sungguh memalukan, lebih rendah nilainya dari pengemis.
    Hal lain, bangsa kita mempunyai ideologi Pancasila, kembalilah kepada moral yang terkandung di dalam Pancasila. Butir-butir Pancasila sangat baik sekali isinya, apalagi kalau kita terapkan.
     Saya yakin, anda pasti bisa, tinggal niat anda untuk melakukannya